Sabtu, 23 Februari 2013

anne

Tiga Kali Anne Bertemu Tuhan
Saat ini Anne Satya Adhika (12) mungkin sudah bisa melihat wajah Tuhan. Ia sudah memperoleh apa yang pernah dijanjikan oleh Tuhan Yesus yang datang dua kali dalam mimpinya. Dalam mimpi itu Tuhan Yesus berkata akan mengambil dua benda dari tubuhnya, namun Ia akan mengganti dengan sesuatu yang paling baik buat Anne. Yang paling baik bagi puteri pasangan Antonius Yosef Sri Kahono (43) dan Yohana Fransisca Emy Kusindriati (38) tiada lain adalah surga! Karena Anne dipanggil Tuhan pada 26 September 2007, setelah melewati pergulatan panjang dari operasi tumor 3 April 2007 berikut rangkaian enam kali kemoterapi.
Anne Satya Adhika, terlahir 7 Juni 1995 dengan badan sehat dan gemuk. Anne yang penurut dan lugu, menurut ayahandanya adalah anak yang pendiam, namun anehnya Anne punya banyak teman. Walaupun terkesan pendiam, Anne pandai merangkai doa bahkan memimpin doa dengan rangkaian kata-kata yang dibuatnya sendiri. Kecintaan Anne untuk berdoa juga terbukti dengan rajinnya Anne ikut ibadat, doa rosario atau pun misa baik di paroki, maupun di rumah. Di kamar Anne yang bernuansa pink, tertempel doa Bapa Kami dalam bahasa Inggris, menunjukkan kecintaan Anne pada Tuhan dan keinginannya untuk belajar bahasa Inggris.
Tingginya semangat belajar Anne dan keinginannya untuk mengetahui sudah terbukti dari prestasi belajar yang ia dapatkan dari sekolahnya di SD Kanisius Demangan Baru. Beberapa kali Anne mendapatkan ranking di sekolahnya, terutama ketika Anne belajar di kelas 1 sampai dengan 3. Di kelas 6, seperti anak-anak lain yang juga ingin mempersiapkan ujian, maka Anne mengikuti les-les supaya memperoleh nilai bagus dalam ujian dan bisa melanjutkan ke sekolah favorit. “Menjelang ujian, tanpa ada gejala sakit sebelumnya tubuh Anne tampak mengurus namun perutnya agak besar. Setelah dicek di RS Panti Rapih ternyata ada tumor di bagian perut,” terang Bapak Kahono. Kemudian waktu itu dokter menganjurkan supaya segera dilakukan operasi. Vonis tersebut membuat pak Kahono dan istri merasa panik dan stress. Disaat-saat suasana hati yang tidak enak, orangtua Anne mohon bantuan doa kepada sanak saudara dan tettangga, maka malamnya dirumah pak Kahono diadakan doa lintas agama untuk kekuatan dan kesembuhan Anne, pukul 18.00 doa dari beberapa warga yang beragama Islam, dan pukul 19.00 dilanjutkan doa dari warga yang beragama Katolik. Ada keinginan untuk mengikuti pengobatan alternatif. Namun, menurut dokter hal ini hanya akan memperparah kondisi pasien.
Itu sebabnya tanpa memikirkan masalah biaya, mereka menyetujui operasi pengangkatan tumor Anne. “Kami hanya ingin Anne sembuh. Namun, ternyata Tuhan mempunyai rencana lain untuk Anne dan kami sekeluarga.” jelas Ibu Emy tabah. Ibunda Anne dan Gisela Sotya Gracia Diwyacita (3,5) ini ternyata masih harus berjuang untuk mem­bujuk putri sulungnya agar mau dioperasi.
Namun, ternyata hanya Tuhan Yesus sendiri yang bisa membujuk Anne. “Malam sebelum dioperasi Anne bermimpi bertemu Tuhan. Katanya, dia melihat Tuhan Yesus menungguinya di ruang operasi dan memegangi tangan kanannya. Jadi, setelah mimpi itu dia pasrah saja dioperasi.” ujar Ibu Emy.
Mimpi itu adalah kali pertama Anne bertemu Tuhan Yesus. Sebelumnya, Anne belum pernah menceritakan perjumpaan dengan Tuhan. Namun, Anne sangat suka berdoa. Ia gemar berdoa rosario dan memimpin doa spontan. Bahkan setelah ia meninggal orang tuanya menemukan diari doa Anne yang dibuatnya sejak ia duduk di kelas 3 SD. “Kami tidak tahu kalau Anne menulis berbagai doa mulai doa di hari ibu, hari pahlawan, sampai hari kelahiran Gisela. Dan baru menjelang saat-saat terakhirnya ia menulis doa untuk dirinya sendiri,” tutur Bapak Kahono. Dalam doanya yang terakhir, Anne juga sempat memohon berkat agar kedua orang tuanya sehat dan mempunyai cukup rejeki untuk membiayai pengobatan di rumah sakit. Padahal saat itu tidak seorang pun yang memberitahu bahwa kedua orang tuanya kesulitan menutup biaya yang tidak sedikit. Dan untunglah sebagian biaya dibantu oleh perusahaan tempat Pak Kahono bekerja. Bantuan juga datang dari sanak saudara, juga dari teman-teman di milis yang bersimpati dengan Pak Kahono. Namun bantuan itupun belum bisa menutup seluruh biaya pengobatan yang luar biasa mahalnya. Maka atas kebaikan perusahaan tempat Pak Kahono bekerja meminjami uang untuk menutup biaya tersebut, sedangkan untuk pengembaliannya Pak Kahono harus rela dipotong gajinya setiap bulan, yang jumlahnya cukup besar. “Saya tidak tahu berapa tahun potongan gaji itu akan selesai.” :( kata Pak Kahono. Maka untuk menutup kebutuhan setiap bulannya yang selalu minus pak kahono harus berjuang mencari kerja dimalam hari diluar perusahaannya.
Perjumpaan Anne dengan Tuhan Yesus dalam mimpi ternyata membawa mukjijat bagi kondisi fisik dan mentalnya. Secara mengejutkan, rekam jantung dan berbagai pemeriksaan sebelum operasi memungkinkan bagi terlaksananya operasi. Padahal dua hari sebelumnya, rekam jantung Anne sangat jelek. Begitu senangnya Anne berjumpa Tuhan sampai dia bisa menghibur sang ibu. “Sebelum masuk kamar operasi, Anne sempat bilang pada saya: Ibu, wajahnya jangan begitu. Senyum to….da…da….” kenang Ibu Emy.
Operasi yang menyita waktu 3 jam 45 menit itupun seperti mukjizat, karena sebelumnya dokter sempat memberitahukan bahwa setelah operasi Anne pasti membutuhkan perawatan di ICU, namun hal ini tidak terjadi. Tuhan seakan menjawab doa Anne dan keinginan Anne. Sebelum operasi Anne sempat bilang kepada Ibunya, “Ibu setelah operasi saya maunya kembali ke kamar ini.” Dan memang benar, setelah operasi, Anne tidak memerlukan perawatan di ICU. Anne dikembalikan ke kamar perawatan semula dan dia kelihatan tegar, tidak merasa sakit.
Pasca operasi dengan semangat hidup yang luar biasa, Anne ngotot ikut ujian kelulusan sekolah dasar. “Waktu itu Anne tidak pernah belajar karena sakit dan masuk rumah sakit. Tapi, syukurlah Anne bisa lulus ujian kelulusan sekolah dasar dan diterima di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta,” kata Bapak Kahono. Anne pun tetap rajin menyalin pelajaran guna mengejar ketertinggalannya selama dia harus mengikuti kemoterapi.
Saat-saat mendampingi kemoterapi Anne, Bapak Kahono dan Ibu Emy merasakan beban yang sangat berat. “Setiap bulan, kurang lebih 4 sampai 5 hari kami harus mendampingi Anne yang pasti merasakan sakit, pusing berat, mual, muntah, dan menggigil sampai tempat tidurnya bergoyang hebat. Setelah itu, di rumah kadang-kadang Anne susah minum obat.” Kata kedua orangtua Anne. Disaat-saat Anne menggigil karena efek dari kemoterapi ia selalu bilang pada ibunya, “Bu…dingin banget, doakan Anne ya bu….” Kenang ibu Emy sambil menangis. “ia anak yang tabah, semangat dan selalu ingat pada Tuhan, saya bisa merasakannya betapa sakitnya orang menjalani kemoterapi, tetapi saya harus tabah dan kuat selama mendampingi anak saya”.
Di tengah beratnya pendampingan itu, keduanya tidak putus asa. Meski doa mereka agar sang anak tidak kesakitan paska kemoterapi tidak dikabulkan Tuhan, mereka terus berdoa agar Anne disembuhkan. Dengan kepercayaan penuh mereka membimbing Anne agar terus berpasrah dan berdoa. Bahkan Pak Kahono juga rajin berpuasa agar Anne segera sembuh dan Pak Kahono bisa sabar melayani Anne.
Dari kemoterapi pertama sampai keempat, kondisi fisik Anne sangat bagus. Meski harus kesakitan setelah kemoterapi, ia bisa kembali beraktifitas dengan ceria. Bahkan setelah menjalani kemoterapi ia antusias untuk masuk sekolah, ia dengan semangat dan senang hati selalu ingin bersekolah berjumpa dan belajar bersama-sama dengan teman-temannya. Kali ini tantangan besar menanti keluarga Kahono karena kerontokan rambut Anne tidak bisa dicegah. Anne pun mengalami stres berat. Berbagai cara dilakukan oleh keluarganya agar rasa percaya diri Anne kembali. Mulai dari membeli wig sampai jalan-jalan untuk sekadar makan atau membeli pensil pun dilakoni keluarga ini agar Anne bisa merasa senang. “Syukur kepada Allah karena dengan cepat Anne bisa menerima kenyataan ini, dia sempat stress selama 4 hari, selalu marah karena hampir setiap hari rambutnya lepas satu per satu. Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar kami diberi kesabaran dan ketabahan, maka disaat-saat selesai doa malam atau disaat-saat kami makan bersama diluar secara pelan-pelan kami mencoba menjelaskan kepada Anne mengenai kerontokan rambutnya” kata pak Kahono. “Dan syukur kepada Allah sekali lagi Anne akhirnya mau mendengarkan dan mau menerima kenyataan ini”.
Setelah kemoterapi ketiga, Anne bermimpi ketemu Tuhan Yesus lagi. Pada sang ibu, Anne bercerita,” Ibu, Tuhan datang lagi. Tuhan bilang Dia telah ambil salah satu organ tubuhku sebanyak dua buah. Tuhan bilang agar aku tidak khawatir, suatu saat akan diganti yang lebih baik, tetapi tidak dalam waktu dekat. Kemudian Tuhan bilang dengan bahasa lain yang tidak pernah aku mengerti. Tapi aku paham dengan apa maksud perkataan Tuhan padaku. Bu kira-kira apa ya organ yang diambil itu?”
Lewat pertemuan kedua ini, akhirnya Tuhan Yesus sendiri yang menunjukkan pada Anne apa yang terjadi dalam operasi itu. Mengingat tumor seberat 3,2 kg itu menempel pada kedua indung telurnya, dokter memutuskan untuk mengangkat indung telur Anne sekaligus. Pengangkatan kedua indung telur ini tidak disampaikan oleh keluarga pada Anne agar dia tidak stress. Rencananya baru akan disampaikan setelah dia dewasa karena dia tidak akan bisa punya anak. Namun, justru Tuhan sendiri yang memberitahukannya langsung pada Anne.
Perjumpaan Anne yang kedua dengan Tuhan Yesus ini juga menimbulkan perubahan drastis pada dirinya. Menurut cerita keluarga dan para tetangga, setelah kemoterapi ketiga Anne tidak seperti dirinya lagi. Pada seorang anggota keluarganya dia berkata, “Mbak, Anne minta maaf ya kalau ada salah.” Sementara itu, pada kedua orang tuanya ia sering minta supaya para kerabat diundang makan-makan. Dengan undangan ini dia seakan berpamitan. Ketika itu Anne juga ingin sekali bertemu dengan emak Inge dan oma Maria, mereka berdua adalah sahabat orangtua Anne yang begitu baik memperhatikan Anne. Namun sayang keinginan itu tidak bisa terlaksana, Anne sangat senang sekali dengan pemberian boneka dari emak Inge dan emak Nancy juga rosario dari oma Maria, maka Anne sering memeluk boneka dan memakai rosario disaat-saat Anne opname di rumah sakit. Dia juga berkesan dengan para suster yang selalu menjenguknya, suster Gratia, suster Theresia. Juga romo Agus dan ibu guru Erna yang selalu setia menemani dan mendampingi Anne sejak operasi bulan April.
Menjelang kemoterapi ke-6 Anne sebenarnya sudah menolak, bahkan sempat kirim sms kepada ibunya “Bu..aku tidak mau dikemo lagi, aku tahu bapak ibu ingin menyembuhkanku, tapi aku sudah tidak kuat lagi..” begitu isi dari sms yang ia kirimkan kepada ibunya. Bahkan Anne sempat kirim sms juga kepada ibu gurunya “bu tolong aku, aku tidak mau dikemo lagi, kalau ibu gak mau menolong aku maka kita tidak akan berjumpa lagi”. Dan bagi Kahono hal itu pun sangat dilematis. Menurut dokter kemoterapi harus dijalani, “Pak ini kemo terakhir, sayang kalau tidak dijalani, biar tuntas” begitu kata dokter. Bahkan ketika ibu Anne menanyakan soal kemoterapi yang ke-6 kepada dokter, maka dokter hanya menjawab “memang begitu skedulenya bu, harus dijalani”. Padahal kondisi Anne saat itu sangat stress dan bahkan hasil lab sangat tidak baik, lekosit dan trombosit tutun drastis.
Namun Anne seakan ingin memakai waktu-waktu terakhirnya untuk menyenangkan semua orang. Ia tidak mau orang tuanya sedih, “Bapak jangan gitu, Bapak jangan sedih ya,” ucapnya setiap kali sang ayah nyaris menitikkan air mata. Anne juga sempat membelikan kado ulang tahun bagi temannya di sela kesakitan paska kemoterapi keempat. Menjelang kemoterapi terakhir, ia sempat momong Gisela bermain di sebuah mall di Yogyakarta. Waktu itu Anne punya keinginan yang tidak bisa ditolak, ia ingin mengajak adiknya untuk bermain disebuah mall. Ia juga berjuang menyiapkan sepucuk doa “Malaikat Tuhan” yang ditulis rapi untuk kedua orang tuanya. Doa itu belum sempat diajarkan pada orang tuanya karena Tuhan sudah menemuinya untuk yang ketiga kali.
Hari Selasa sore 25 september pukul 14.20 WIB, Tuhan Yesus menjumpai Anne yang sedang mengalami masa kritis. Saat itu Anne selalu meminta bapak dan ibunya untuk memeluknya. Tiba-tiba Anne minta duduk, lalu memandang ke arah sudut ruangan. Seperti ketakutan ia menunjuk ke sudut ruangan dan berkata dengan nada yang terpatah-patah, “Ibuuu… ka..ta Tuu..han Yesusss, o..rang yang ma…mau me…ning..gal itu su..su..lit ber­nafas…..bapaaaak…..ibuuu, aku ta..kutt..” Anne lalu meminta agar kedua tangannya dipegang dengan erat oleh kedua orangtuanya. Ketika itu Anne juga menanyakan saudara-saudaranya kepada ibunya, “Bu…mana budhe dan pak dhe, mana mbak vita, mbak Nuke….kok sepi to” Kenang ibu Emy. Bahkan ketika itu Anne juga menanyakan adiknya dan keponakannya, katanya “…mana Marsa, mana Gisela…Gisela mbak Anne mau meninggal…” kenang pak kahono sambil menitikkan air mata. Kata-kata Anne seperti itu membuat perasaan orangtua Anne menjadi tidak karuan. Maka pak Kahono segera menelepon seluruh sanak saudara untuk datang ke rumah sakit, dan juga menelepon Romo Agus. Sore itu juga pada pukul 18.00, Anne menerima sakramen minyak suci. Ketika upacara pemberkatan minyak suci berlangsung Anne bisa mengikutinya dengan khidmat, dan setelah selesai kepada Romo ia masih berucap, “Terima kasih Romo. Doakan saya ya Romo.” Lalu setelah itu dilanjutkan dengan doa roasio oleh warga lingkungan dan Anne pun juga bisa mengikuti dengan tenang.
Mulai jam 21.00 – 03.30 Anne tidak bisa tidur, sesekali minta minum karena haus sekali, tetapi ketika diberi minum selalu dikeluarkan lagi. Orangtua anne sehari tidak tidur menunggui Anne.
Keesokan paginya, hari Rabu, dokter yang memeriksa Anne bilang bahwa Anne membutuhkan cuci darah karena kondisinya semakin menurun. Namun kata dokter melihat kondisi seperti ini cuci darah tidak berani. Pukul 9 pagi,
Anne mengalami masa kritis lagi. Meski ketakutan akan berpisah dengan orang-orang terkasih dan terutama adik yang dinantinya tujuh tahun lamanyaAnne manut saja mengikuti bimbingan doa dari sang ayah. Pada saat itu, pak Kahono membimbing Anne untuk berdoa Bapa Kami yang diikuti Anne dengan pelan-pelan. Anne minta air karena merasa haus sekali. Tapi Anne sudah tidak bisa menelan lagi. Anne hanya minta dipeluk kedua orangtuanya sambil sesekali memanggil orangtuanya dengan nada pelan ”bapaaaak…….ibuuuuu……” tangan Anne begitu kuat memegang tangan kedua orangtuanya, tangan kanan memegang tangan ibunya, sedang tangan kiri minta dipegang bapaknya. Pada saat itu, Papa Anne membimbing Anne untuk berdoa. Sekali lagi pak Kahono membimbing Anne untuk berdoa dan Anne pun bisa mngikuti doa walaupun dengan suara yang pelan dan terpatah-patah. “Ya Tu…han, Ampuni hamba-Mu Anne. Pe….ganglah tangan Anne ke dalam pangkuan-Mu… tuntunlah hamba-Mu kedalam surga” Dan pada waktu itu, kedua orangtuanya sempat minta maaf juga. “Anne, bapak ibu minta maaf ya, bapak dan ibu banyak dosa dan salah pada Anne.” Anne pun menjawab, “Aku ituuu sudah me..maaf..kan.” Saat itu juga Anne sempat minta maaf kepada bapak dan ibunya. “Anne juga ya bu minta maaf..” Kahono sambil menangis menjawab, “Anne gak punya salah. Bapak dan ibu sudah memaafkan”.
Setelah itu Anne memanggil Bapak Ibu-nya sekali lagi dan memegang dengan kuat ta­­ngan orangtua itu. Bapak Kahono pun ber­doa untuk yang terakhir pada Tuhan, “Tuhan yang Maha Kasih, Tuhan yang Maha Agung, seandainya Anne harus Kau panggil, maka tuntunlah dan peganglah Anne ke dalam pang­kuan-Mu di surga. Tapi apabila Engkau meng­hendaki mukjizat, kami siap untuk mem­bimbingnya kembali.” Sekali lagi Anne berkata “Ba..paaak..ibuuuu” Perlahan pe­gang­an Anne terasa semakin mengendur dan akhir­nya Anne pergi memenuhi panggilan Tuhannya. Saat itu kedua orangtua Anne terasa lemas sekali, mau bicarapun tidak bisa, hanya cucuran airmata yang ada. Para suster berusaha untuk memompa paru-paru Anne tetapi nampaknya sia-sia karena Anne memang sudah tiada……orangtua anne menangis habis-habisan sambil berdoa memohon ampun kepada Sang Maha Suci…
“Rasa menyesal, rasa kecewa, dan marah pada dokter berbaur menjadi satu saat itu.” ujar pak Kahono. Ketika para sahabat pada datang dan bertanya “Anne sakit apa, kok meninggal, kemarin khan masih sehat” . Dengan nada kesal pak Kahono pun menjawab “Anne meninggal karena di kemoterapi”. Rasa kesal dan kecewa masih terlihat diwajah pak Kahono saat itu, untunglah banyak sahabat, saudara dan juga romo mencoba menenangkan hati pak Kahono.
“Selamat jalan anakku, selamat jalan Anne…..banyak kenangan indah bersamamu yang tidak akan aku lupakan selamanya, engkau begitu baik, bersemangat dan bahkan mau maaf memaafkan menjelang engkau pergi. Sekali lagi maafkan segala kesalahan bapak ibu nak….damai dan bahagia di Surga Amin” begitu kata pak Kahono
Be­gitulah Anne Satya Adhika menyelesaikan peziarahannya di bumi dalam doa.
Kisah dan percakapan tersebut diatas adalah kisah nyata yang sebenarnya, tanpa mengurangi dan menambahi sedikitpun. Pak Kahana bercerita apa adanya, ia memang ingin berbagi pengalaman iman kepada kita semua. “Saya ingin sharing pengalaman pribadi dan iman kepada semua sahabat tanpa kecuali, bahwa mendampingi seseorang yang sedang sakit terlebih orang yang mau meninggal dunia itu sangat-sangat penting” kata pak Kahono. “Sekali lagi, mudah-mudahan sharing ini berguna…” lanjutnya.
Secara khusus kami sampaikan beribu-ribu terima kasih kepada Romo/Suster, Bapak, Ibu, Saudara-i yang telah memberi support, doa kepada Anne anak kami selama dia sakit hingga dipanggil Allah, dan juga para donatur yang telah membantu meringankan beban kami. Kunjungan, sapaan dari semuanya sungguh menghibur hati kami sekeluarga, sekali lagi terima kasih.

Senang rasanya bila Anda berkenan mengisi doa untuk kami, terutama untuk anak kami Anne Satya Adhika
http://anne1995.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar