Tiga Kali Anne Bertemu Tuhan
Saat
ini Anne Satya Adhika (12) mungkin sudah bisa melihat wajah Tuhan. Ia
sudah memperoleh apa yang pernah dijanjikan oleh Tuhan Yesus yang datang
dua kali dalam mimpinya. Dalam mimpi itu Tuhan Yesus berkata akan
mengambil dua benda dari tubuhnya, namun Ia akan mengganti dengan
sesuatu yang paling baik buat Anne. Yang paling baik bagi puteri
pasangan Antonius Yosef Sri Kahono (43) dan Yohana Fransisca Emy
Kusindriati (38) tiada lain adalah surga! Karena Anne dipanggil Tuhan
pada 26 September 2007, setelah melewati pergulatan panjang dari operasi
tumor 3 April 2007 berikut rangkaian enam kali kemoterapi.
Anne Satya Adhika,
terlahir 7 Juni 1995 dengan badan sehat dan gemuk. Anne yang penurut dan
lugu, menurut ayahandanya adalah anak yang pendiam, namun anehnya Anne
punya banyak teman. Walaupun terkesan pendiam, Anne pandai merangkai doa
bahkan memimpin doa dengan rangkaian kata-kata yang dibuatnya sendiri.
Kecintaan Anne untuk berdoa juga terbukti dengan rajinnya Anne ikut
ibadat, doa rosario atau pun misa baik di paroki, maupun di rumah. Di
kamar Anne yang bernuansa pink, tertempel doa Bapa Kami dalam bahasa
Inggris, menunjukkan kecintaan Anne pada Tuhan dan keinginannya untuk
belajar bahasa Inggris.
Tingginya
semangat belajar Anne dan keinginannya untuk mengetahui sudah terbukti
dari prestasi belajar yang ia dapatkan dari sekolahnya di SD Kanisius
Demangan Baru. Beberapa kali Anne mendapatkan ranking di sekolahnya,
terutama ketika Anne belajar di kelas 1 sampai dengan 3. Di kelas 6,
seperti anak-anak lain yang juga ingin mempersiapkan ujian, maka Anne
mengikuti les-les supaya memperoleh nilai bagus dalam ujian dan bisa
melanjutkan ke sekolah favorit. “Menjelang ujian, tanpa ada gejala sakit
sebelumnya tubuh Anne tampak mengurus namun perutnya agak besar.
Setelah dicek di RS Panti Rapih ternyata ada tumor di bagian perut,”
terang Bapak Kahono. Kemudian waktu itu dokter menganjurkan supaya
segera dilakukan operasi. Vonis tersebut membuat pak Kahono dan istri
merasa panik dan stress. Disaat-saat suasana hati yang tidak enak,
orangtua Anne mohon bantuan doa kepada sanak saudara dan tettangga, maka
malamnya dirumah pak Kahono diadakan doa lintas agama untuk kekuatan
dan kesembuhan Anne, pukul 18.00 doa dari beberapa warga yang beragama
Islam, dan pukul 19.00 dilanjutkan doa dari warga yang beragama Katolik.
Ada keinginan untuk mengikuti pengobatan alternatif. Namun, menurut
dokter hal ini hanya akan memperparah kondisi pasien.
Itu sebabnya tanpa memikirkan masalah biaya, mereka menyetujui operasi
pengangkatan tumor Anne. “Kami hanya ingin Anne sembuh. Namun, ternyata
Tuhan mempunyai rencana lain untuk Anne dan kami sekeluarga.” jelas Ibu
Emy tabah. Ibunda Anne dan Gisela Sotya Gracia Diwyacita (3,5) ini
ternyata masih harus berjuang untuk membujuk putri sulungnya agar mau
dioperasi.
Namun, ternyata hanya Tuhan Yesus sendiri yang bisa membujuk Anne.
“Malam sebelum dioperasi Anne bermimpi bertemu Tuhan. Katanya, dia
melihat Tuhan Yesus menungguinya di ruang operasi dan memegangi tangan
kanannya. Jadi, setelah mimpi itu dia pasrah saja dioperasi.” ujar Ibu
Emy.
Mimpi itu adalah kali pertama Anne bertemu Tuhan Yesus. Sebelumnya, Anne
belum pernah menceritakan perjumpaan dengan Tuhan. Namun, Anne sangat
suka berdoa. Ia gemar berdoa rosario dan memimpin doa spontan. Bahkan
setelah ia meninggal orang tuanya menemukan diari doa Anne yang
dibuatnya sejak ia duduk di kelas 3 SD. “Kami tidak tahu kalau Anne
menulis berbagai doa mulai doa di hari ibu, hari pahlawan, sampai hari
kelahiran Gisela. Dan baru menjelang saat-saat terakhirnya ia menulis
doa untuk dirinya sendiri,” tutur Bapak Kahono. Dalam doanya yang
terakhir, Anne juga sempat memohon berkat agar kedua orang tuanya sehat
dan mempunyai cukup rejeki untuk membiayai pengobatan di rumah sakit.
Padahal saat itu tidak seorang pun yang memberitahu bahwa kedua orang
tuanya kesulitan menutup biaya yang tidak sedikit. Dan untunglah
sebagian biaya dibantu oleh perusahaan tempat Pak Kahono bekerja.
Bantuan juga datang dari sanak saudara, juga dari teman-teman di milis
yang bersimpati dengan Pak Kahono. Namun bantuan itupun belum bisa
menutup seluruh biaya pengobatan yang luar biasa mahalnya. Maka atas
kebaikan perusahaan tempat Pak Kahono bekerja meminjami uang untuk
menutup biaya tersebut, sedangkan untuk pengembaliannya Pak Kahono harus
rela dipotong gajinya setiap bulan, yang jumlahnya cukup besar. “Saya
tidak tahu berapa tahun potongan gaji itu akan selesai.”
kata Pak Kahono. Maka untuk menutup kebutuhan setiap bulannya yang
selalu minus pak kahono harus berjuang mencari kerja dimalam hari diluar
perusahaannya.
Perjumpaan Anne dengan Tuhan Yesus dalam mimpi ternyata membawa mukjijat
bagi kondisi fisik dan mentalnya. Secara mengejutkan, rekam jantung dan
berbagai pemeriksaan sebelum operasi memungkinkan bagi terlaksananya
operasi. Padahal dua hari sebelumnya, rekam jantung Anne sangat jelek.
Begitu senangnya Anne berjumpa Tuhan sampai dia bisa menghibur sang ibu.
“Sebelum masuk kamar operasi, Anne sempat bilang pada saya: Ibu,
wajahnya jangan begitu. Senyum to….da…da….” kenang Ibu Emy.
Operasi yang menyita waktu 3 jam 45 menit itupun
seperti mukjizat, karena sebelumnya dokter sempat memberitahukan bahwa
setelah operasi Anne pasti membutuhkan perawatan di ICU, namun hal ini
tidak terjadi. Tuhan seakan menjawab doa Anne dan keinginan Anne.
Sebelum operasi Anne sempat bilang kepada Ibunya, “Ibu setelah operasi
saya maunya kembali ke kamar ini.” Dan memang benar, setelah operasi,
Anne tidak memerlukan perawatan di ICU. Anne dikembalikan ke kamar
perawatan semula dan dia kelihatan tegar, tidak merasa sakit.
Pasca operasi dengan semangat hidup yang luar biasa, Anne ngotot ikut
ujian kelulusan sekolah dasar. “Waktu itu Anne tidak pernah belajar
karena sakit dan masuk rumah sakit. Tapi, syukurlah Anne bisa lulus
ujian kelulusan sekolah dasar dan diterima di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta,” kata Bapak Kahono. Anne pun tetap rajin menyalin pelajaran
guna mengejar ketertinggalannya selama dia harus mengikuti kemoterapi.
Saat-saat mendampingi kemoterapi Anne, Bapak Kahono dan Ibu Emy
merasakan beban yang sangat berat. “Setiap bulan, kurang lebih 4 sampai 5
hari kami harus mendampingi
Anne yang pasti merasakan sakit, pusing berat, mual, muntah, dan
menggigil sampai tempat tidurnya bergoyang hebat. Setelah itu, di rumah
kadang-kadang Anne susah minum obat.” Kata kedua orangtua Anne.
Disaat-saat Anne menggigil karena efek dari kemoterapi ia selalu bilang
pada ibunya, “Bu…dingin banget, doakan Anne ya bu….” Kenang ibu Emy
sambil menangis. “ia anak yang tabah, semangat dan selalu ingat pada
Tuhan, saya bisa merasakannya betapa sakitnya orang menjalani
kemoterapi, tetapi saya harus tabah dan kuat selama mendampingi anak
saya”.
Di tengah beratnya pendampingan itu, keduanya tidak putus asa. Meski doa
mereka agar sang anak tidak kesakitan paska kemoterapi tidak dikabulkan
Tuhan, mereka terus berdoa agar Anne disembuhkan. Dengan kepercayaan
penuh mereka membimbing Anne agar terus berpasrah dan berdoa. Bahkan Pak
Kahono juga rajin berpuasa agar Anne segera sembuh dan Pak Kahono bisa
sabar melayani Anne.
Dari kemoterapi pertama sampai keempat, kondisi fisik Anne sangat bagus.
Meski harus kesakitan setelah kemoterapi, ia bisa kembali beraktifitas
dengan ceria. Bahkan setelah menjalani kemoterapi ia antusias untuk
masuk sekolah, ia dengan semangat dan senang hati selalu ingin
bersekolah berjumpa dan belajar bersama-sama dengan teman-temannya. Kali
ini tantangan besar menanti keluarga Kahono karena kerontokan rambut
Anne tidak bisa dicegah. Anne pun mengalami stres berat. Berbagai cara
dilakukan oleh keluarganya agar rasa percaya diri Anne kembali. Mulai
dari membeli wig sampai jalan-jalan untuk sekadar makan atau membeli
pensil pun dilakoni keluarga ini agar Anne bisa merasa senang. “Syukur
kepada Allah karena dengan cepat Anne bisa menerima kenyataan ini, dia
sempat stress selama 4 hari, selalu marah karena hampir setiap hari
rambutnya lepas satu per satu. Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar
kami diberi kesabaran dan ketabahan, maka disaat-saat selesai doa malam
atau disaat-saat kami makan bersama diluar secara pelan-pelan kami
mencoba menjelaskan kepada Anne mengenai kerontokan rambutnya” kata pak
Kahono. “Dan syukur kepada Allah sekali lagi Anne akhirnya mau
mendengarkan dan mau menerima kenyataan ini”.
Setelah kemoterapi ketiga, Anne bermimpi ketemu Tuhan Yesus lagi. Pada
sang ibu, Anne bercerita,” Ibu, Tuhan datang lagi. Tuhan bilang Dia
telah ambil salah satu organ tubuhku sebanyak dua buah. Tuhan bilang
agar aku tidak khawatir, suatu saat akan diganti yang lebih baik, tetapi
tidak dalam waktu dekat. Kemudian Tuhan bilang dengan bahasa lain yang
tidak pernah aku mengerti. Tapi aku paham dengan apa maksud perkataan
Tuhan padaku. Bu kira-kira apa ya organ yang diambil itu?”
Lewat pertemuan kedua ini, akhirnya Tuhan Yesus sendiri yang menunjukkan
pada Anne apa yang terjadi dalam operasi itu. Mengingat tumor seberat
3,2 kg itu menempel pada kedua indung telurnya, dokter memutuskan untuk
mengangkat indung telur Anne sekaligus. Pengangkatan kedua indung telur
ini tidak disampaikan oleh keluarga pada Anne agar dia tidak stress.
Rencananya baru akan disampaikan setelah dia dewasa karena dia tidak
akan bisa punya anak. Namun, justru Tuhan sendiri yang memberitahukannya
langsung pada Anne.
Perjumpaan
Anne yang kedua dengan Tuhan Yesus ini juga menimbulkan perubahan
drastis pada dirinya. Menurut cerita keluarga dan para tetangga, setelah
kemoterapi ketiga Anne tidak seperti dirinya lagi. Pada seorang anggota
keluarganya dia berkata, “Mbak, Anne minta maaf ya kalau ada salah.”
Sementara itu, pada kedua orang tuanya ia sering minta supaya para
kerabat diundang makan-makan. Dengan undangan ini dia seakan berpamitan.
Ketika itu Anne juga ingin sekali bertemu dengan emak Inge dan oma
Maria, mereka berdua adalah sahabat orangtua Anne yang begitu baik
memperhatikan Anne. Namun sayang keinginan itu tidak bisa terlaksana,
Anne sangat senang sekali dengan pemberian boneka dari emak Inge dan
emak Nancy juga rosario dari oma Maria, maka Anne sering memeluk boneka
dan memakai rosario disaat-saat Anne opname di rumah sakit. Dia juga
berkesan dengan para suster yang selalu menjenguknya, suster Gratia,
suster Theresia. Juga romo Agus dan ibu guru Erna yang selalu setia
menemani dan mendampingi Anne sejak operasi bulan April.
Menjelang kemoterapi ke-6 Anne sebenarnya sudah
menolak, bahkan sempat kirim sms kepada ibunya “Bu..aku tidak mau dikemo
lagi, aku tahu bapak ibu ingin menyembuhkanku, tapi aku sudah tidak
kuat lagi..” begitu isi dari sms yang ia kirimkan kepada ibunya. Bahkan
Anne sempat kirim sms juga kepada ibu gurunya “bu tolong aku, aku tidak
mau dikemo lagi, kalau ibu gak mau menolong aku maka kita tidak akan
berjumpa lagi”. Dan bagi Kahono hal itu pun sangat dilematis. Menurut
dokter kemoterapi harus dijalani, “Pak ini kemo terakhir, sayang kalau
tidak dijalani, biar tuntas” begitu kata dokter. Bahkan ketika ibu Anne
menanyakan soal kemoterapi yang ke-6 kepada dokter, maka dokter hanya
menjawab “memang begitu skedulenya bu, harus dijalani”. Padahal kondisi
Anne saat itu sangat stress dan bahkan hasil lab sangat tidak baik,
lekosit dan trombosit tutun drastis.
Namun Anne seakan ingin memakai waktu-waktu terakhirnya untuk
menyenangkan semua orang. Ia tidak mau orang tuanya sedih, “Bapak jangan
gitu, Bapak jangan sedih ya,” ucapnya setiap kali sang ayah nyaris
menitikkan air mata. Anne juga sempat membelikan kado ulang tahun bagi
temannya di sela kesakitan paska kemoterapi keempat. Menjelang
kemoterapi terakhir, ia sempat momong Gisela bermain di sebuah mall di
Yogyakarta. Waktu itu Anne punya keinginan yang tidak bisa ditolak, ia
ingin mengajak adiknya untuk bermain disebuah mall. Ia juga berjuang
menyiapkan sepucuk doa “Malaikat Tuhan” yang ditulis rapi untuk kedua
orang tuanya. Doa itu belum sempat diajarkan pada orang tuanya karena
Tuhan sudah menemuinya untuk yang ketiga kali.
Hari Selasa sore 25 september pukul 14.20 WIB, Tuhan Yesus menjumpai
Anne yang sedang mengalami masa kritis. Saat itu Anne selalu meminta
bapak dan ibunya untuk memeluknya. Tiba-tiba Anne minta duduk, lalu
memandang ke arah sudut ruangan. Seperti ketakutan ia menunjuk ke sudut
ruangan dan berkata dengan nada yang terpatah-patah, “Ibuuu… ka..ta
Tuu..han Yesusss, o..rang yang ma…mau me…ning..gal itu su..su..lit
bernafas…..bapaaaak…..ibuuu, aku ta..kutt..” Anne lalu meminta agar
kedua tangannya dipegang dengan erat oleh kedua orangtuanya. Ketika itu
Anne juga menanyakan saudara-saudaranya kepada ibunya, “Bu…mana budhe
dan pak dhe, mana mbak vita, mbak Nuke….kok sepi to” Kenang ibu Emy.
Bahkan ketika itu Anne juga menanyakan adiknya dan keponakannya, katanya
“…mana Marsa, mana Gisela…Gisela mbak Anne mau meninggal…” kenang pak
kahono sambil menitikkan air mata.
Kata-kata
Anne seperti itu membuat perasaan orangtua Anne menjadi tidak karuan.
Maka pak Kahono segera menelepon seluruh sanak saudara untuk datang ke
rumah sakit, dan juga menelepon Romo Agus. Sore itu juga pada pukul
18.00, Anne menerima sakramen minyak suci. Ketika upacara pemberkatan
minyak suci berlangsung Anne bisa mengikutinya dengan khidmat, dan
setelah selesai kepada Romo ia masih berucap, “Terima kasih Romo. Doakan
saya ya Romo.” Lalu setelah itu dilanjutkan dengan doa roasio oleh
warga lingkungan dan Anne pun juga bisa mengikuti dengan tenang.
Mulai jam 21.00 – 03.30 Anne tidak bisa tidur, sesekali minta minum
karena haus sekali, tetapi ketika diberi minum selalu dikeluarkan lagi.
Orangtua anne sehari tidak tidur menunggui Anne.
Keesokan paginya, hari Rabu, dokter yang memeriksa Anne bilang bahwa
Anne membutuhkan cuci darah karena kondisinya semakin menurun. Namun
kata dokter melihat kondisi seperti ini cuci darah tidak berani. Pukul 9
pagi, Anne mengalami masa kritis lagi. Meski ketakutan akan
berpisah dengan orang-orang terkasih dan terutama adik yang dinantinya
tujuh tahun lamanyaAnne manut saja mengikuti bimbingan doa dari sang
ayah.
Pada saat itu,
pak Kahono membimbing Anne untuk berdoa Bapa Kami yang diikuti Anne
dengan pelan-pelan. Anne minta air karena merasa haus sekali. Tapi Anne
sudah tidak bisa menelan lagi. Anne hanya minta dipeluk kedua
orangtuanya sambil sesekali memanggil orangtuanya dengan nada pelan
”bapaaaak…….ibuuuuu……” tangan Anne begitu kuat memegang tangan kedua
orangtuanya, tangan kanan memegang tangan ibunya, sedang tangan kiri
minta dipegang bapaknya. Pada saat itu, Papa Anne membimbing Anne untuk
berdoa. Sekali lagi pak Kahono membimbing Anne untuk berdoa dan Anne pun
bisa mngikuti doa walaupun dengan suara yang pelan dan terpatah-patah. “Ya
Tu…han, Ampuni hamba-Mu Anne. Pe….ganglah tangan Anne ke dalam
pangkuan-Mu… tuntunlah hamba-Mu kedalam surga” Dan pada waktu itu, kedua
orangtuanya sempat minta maaf juga. “Anne, bapak ibu minta maaf ya,
bapak dan ibu banyak dosa dan salah pada Anne.” Anne pun menjawab, “Aku
ituuu sudah me..maaf..kan.” Saat itu juga Anne sempat minta maaf kepada
bapak dan ibunya. “Anne juga ya bu minta maaf..” Kahono sambil menangis
menjawab, “Anne gak punya salah. Bapak dan ibu sudah memaafkan”.
Setelah itu Anne memanggil Bapak Ibu-nya sekali lagi dan memegang dengan
kuat tangan orangtua itu. Bapak Kahono pun berdoa untuk yang
terakhir pada Tuhan, “Tuhan yang Maha Kasih, Tuhan yang Maha Agung,
seandainya Anne harus Kau panggil, maka tuntunlah dan peganglah Anne ke
dalam pangkuan-Mu di surga. Tapi apabila Engkau menghendaki mukjizat,
kami siap untuk membimbingnya kembali.” Sekali lagi Anne berkata
“Ba..paaak..ibuuuu” Perlahan pegangan Anne terasa semakin mengendur
dan akhirnya Anne pergi memenuhi panggilan Tuhannya. Saat itu kedua
orangtua Anne terasa lemas sekali, mau bicarapun tidak bisa, hanya
cucuran airmata yang ada. Para suster berusaha untuk memompa paru-paru
Anne tetapi nampaknya sia-sia karena Anne memang sudah tiada……orangtua
anne menangis habis-habisan sambil berdoa memohon ampun kepada Sang Maha
Suci…
“Rasa menyesal, rasa kecewa, dan marah pada dokter berbaur menjadi satu
saat itu.” ujar pak Kahono. Ketika para sahabat pada datang dan bertanya
“Anne sakit apa, kok meninggal, kemarin khan masih sehat” . Dengan nada
kesal pak Kahono pun menjawab “Anne meninggal karena di kemoterapi”.
Rasa kesal dan kecewa masih terlihat diwajah pak Kahono saat itu,
untunglah banyak sahabat, saudara dan juga romo mencoba menenangkan hati
pak Kahono.
“Selamat jalan anakku, selamat jalan Anne…..banyak
kenangan indah bersamamu yang tidak akan aku lupakan selamanya, engkau
begitu baik, bersemangat dan bahkan mau maaf memaafkan menjelang engkau
pergi. Sekali lagi maafkan segala kesalahan bapak ibu nak….damai dan
bahagia di Surga Amin” begitu kata pak Kahono
Begitulah Anne Satya Adhika menyelesaikan peziarahannya di bumi dalam doa.
Kisah
dan percakapan tersebut diatas adalah kisah nyata yang sebenarnya,
tanpa mengurangi dan menambahi sedikitpun. Pak Kahana bercerita apa
adanya, ia memang ingin berbagi pengalaman iman kepada kita semua. “Saya
ingin sharing pengalaman pribadi dan iman kepada semua sahabat tanpa
kecuali, bahwa mendampingi seseorang yang sedang sakit terlebih orang
yang mau meninggal dunia itu sangat-sangat penting” kata pak Kahono.
“Sekali lagi, mudah-mudahan sharing ini berguna…” lanjutnya.
Secara khusus kami sampaikan beribu-ribu terima kasih kepada
Romo/Suster, Bapak, Ibu, Saudara-i yang telah memberi support, doa
kepada Anne anak kami selama dia sakit hingga dipanggil Allah, dan juga
para donatur yang telah membantu meringankan beban kami. Kunjungan,
sapaan dari semuanya sungguh menghibur hati kami sekeluarga, sekali lagi
terima kasih.
Senang rasanya bila Anda berkenan mengisi doa untuk kami, terutama untuk anak kami Anne Satya Adhika
http://anne1995.wordpress.com/